Monday, 9 October 2017

KRITIKAN E-SASTERA (Di Bawah Lindungan Kaabah) OLEH FATIN MAISARAH

KRITIKAN E-SASTERA
KRITIKAN NOVEL
TAJUK : DI BAWAH LINDUNGAN KAABAH
KARYA : HAMKA AMRU’LLAH
DITERBITKAN OLEH : DINAS PENERBITAN BALAI PUSTAKA
CETAKKAN : KEENAM
TAHUN : 1956
PENGKRITIK : FATIN MAISARAH
ULASAN NOVEL








Sinopsis Novel

Dikisahkan ada seorang pemuda bernama Hamid, sejak berumur empat tahun telah ditinggal mati ayahnya. Ayah Hamid sebelumnya adalah seorang yang kaya. setelah perniagaannya jatuh dan menjadi melarat,sahabat dan sanak saudara yang dulu banyak, tak ada lagi sanak saudara dan sahabatnya yang datang. Karena sudah tak terpandang lagi oleh orang-orang sekitarnya itu, maka pindahlah ayah Hamid beserta ibunya ke kota Padang, yang akhirnya dibuatnya sebuah rumah kecil. Di tempat itulah ayah Hamid meninggal.
Tatkala Hamid berumur enam tahun, untuk membantu ibunya ia minta kepada ibunya agar dibuatkan jualan kue-kue untuk dijajakan setiap pagi.
Ada tetangga baru di dekat rumah hamid terdapat sebuah gedung besar yang berpekarangan luas. Rumah itu telah kosong karena pemiliknya, seorang Belanda, telah kembali ke negerinya. Hanya penjaganya yang masih tinggal, yakni seorang laki-laki tua yang bernama Pak Paiman. Tetapi tak lama kemudian, rumah itu dibeli oleh seorang-orang kaya yang bernama Haji Jakfar. Isterinya bernama Mak Asiah dan anaknya hanya seorang perempuan saja yang bernama Zainab.
Mak Asiah senang memanggil Hamid setiap pagi  karena hendak membeli makanan yang dijualnya itu. Pada waktu itu juga ia ditanya oleh Mak Asiah tentang orang tuanya dan tempat tinggalnya. Setelah Hamid menjawab pertanyaan itu, Mak Asiah pun meminta kepada Hamid agar ibunya datang ke rumahnya. Sejak kedatangan ibu Hamid ke rumah Mak Asiah itulah, maka persahabatan mereka itu menjadi karib dan Hamid beserta ibunya sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Akhirnya Hamid dibiayai noleh haji Jakfar,suami mak Asiah,juga disekolahkan bersama-sama anaknya, Zainab, yang umurnya lebih muda daripada Hamid. Pergaulan Hamid dengan Zainab, seperti pergaulan antara kakak dengan adik saja. Setelah tamat dari SD, Hamid dan Zainab pun sama-sama dilanjutkan sekolahnya ke Mulo.
Setelah keduanya tamat dari Mulo, barulah Hamid berpisah dengan Zainab. Keduanya sebenarnya telah saling jatuh cinta.Namun Hamid sadar akan statusnya.Zainabpun  harus masuk pingitan,menurut adat didesa itu. sedang Hamid yang masih dibiayai oleh Haji Jakfar, meneruskan pelajaran ke sekolah agama di Padangpanjang. Di sekolah itulah Hamid mempunyai seorang teman laki-laki yang bernama Saleh.
Pada suatu petang, tatkala Hamid pergi berjalan-jalan di pesisir, bertemulah ia dengan Mak Asiah yang baru datang dari berziarah ke kubur suaminya. Ia naik perahu sewaan bersama-sama dua orang perempuan tua lainnya. 
Pada pertemuan itulah Mak Asiah mengharapkan kedatangan Hamid ke rumahnya pada keesokan harinya, karena ada suatu hal penting yang hendak dibicarakannya. Setelah Hamid datang pada keesokan harinya ke rumah Mak Asiah, maka Hamid pun dimintai tolong oleh Mak Asiah agar ia mau membujuk Zainab untuk bersedia dinikahkan dengan kemenakan Haji Jakfar yang pada waktu itu masih bersekolah di Jawa. Tetapi permintaan itu ditolak oleh Zainab dengan alasan ia belum lagi hendak menikah.
Penolakan itu sebenarnya disebabkan Zainab sendiri telah jatuh cinta kepada Hamid. Bagi Hamid sendiri, sebenarnya ia cinta kepada Zainab, hanya cintanya itu tidak dinyatakan berterus terang kepada Zainab.
Karena itulah, sebenarnya suruhan Mak Asiah itu bertentangan dengan isi hatinya. Tetapi karena ia telah berhutang budi kepada Mak Asiah, maka dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kejadian itu Hamid pun pulang ke rumahnya, tetapi sejak itu, ia tidak pernah lagi datang ke rumah Mak Asiah, karena sejak itu ia meninggalkan kota Padang menuju Medan dan selanjutnya pergi ke tanah Suci Mekah. Dari Medan Hamid berkirim surat kepada Zainab untuk minta diri pergi menurutkan kemana arah kakinya berjalan. Surat Hamid itulah yang selalu mendampingi Zainab yang dalam kesepian itu.
Sementara itu dikota suci mekah,Hamid bertemu dengan Saleh,temannya dahulu. Hamid menceritakan segala perasaannya pada Zainab kepada Saleh.cinta mereka tidak bisa disatukan karena  ibu Hamid sendiri melarang Hamid untuk mencintai Zainab,karena ibu Hamid merasa tidak pantas.sementara Ternyata Saleh adalah suami dari Rosna,Rosna sendiri adalah sahabat Zainab. Rosna dan saleh saling bercerita,berkirim surat tentang kisah Hamid dan Zainab.Zainab yang sedih berlebihan,karena cinta yang tidak bisa bersatu dengan Hamid,akhirnya menjadi sakit hingga akhirnya meninggal.
Karena terlalu cintanya Hamid pada Zainab, terlebih mendengar Zainab yang meninggal dunia, Hamid pun tak kuasa menahan sedih.Selalu memikirkan Zainab, hingga akhirnya Hamid jatuh sakit dan meninggal dibawah lindungan ka'bah. 

  
KRITIKAN

Nama penuhnya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah, disingkatkan menjadi Hamka. Siapa yang tidak mengenal Hamka di Nusantara? Seorang insan yang dilahirkan pada 17 Februari 1908 ini akhirnya membesar menjadi salah seorang daripada ilmuan tersohor di Nusantara, dan mengarang pelbagai penulisan yang bermanfaat buat umat Islam, antara karyanya adalah kitab Tafsir Al-Azhar. Pelbagai macam karya dan penulisan yang telah beliau hasilkan dalam bidang agama, untuk membangunkan minda umat yang terlena, menuju pembaharuan dan tajdid.

Lebih hebat daripada itu, bagi mereka yang membaca sejarah hidup tokoh pembaharuan Nusantara ini, beliau bukan sahaja seorang ilmuan agama, tetapi beliau juga merupakan seorang sasterawan yang istimewa. Insya' Allah, pada kali ini saya akan cuba membawa anda mengenali Hamka sebagai seorang ahli sastera, melalui sebuah karyanya yang bertajuk Di Bawah Lindungan Ka'abah.

Dalam setiap karya sastera Hamka, beliau bukan hanya menulis untuk membuai rasa setiap pembaca karyanya. Bahkan, lebih daripada itu Hamka seringkali menyelitkan di dalam setiap sajian sasteranya bermacam pengajaran yang berunsurkan agama.

Salah satu karya yang cukup menarik pada pandangan saya, adalah bukunya Di Bawah Lindungan Ka'abah. Kisah di dalamnya cukup meruntun serta mengusik jiwa, dan mampu membuatkan pembaca menitiskan air mata, bagi mereka yang menghayatinya. Novel ini mempunyai alur yang dapat membawa pembaca merasakan apa yang dirasakan Hamid dan Zainab, bagus dan kental akan keagamaanya meskipun bercerita mengenai percintaan,memberikan banyak pesan  religius salah satunya dapat memberitahukan bahwa kita harus bersikap dermawan dan dapat peduli kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan kita meskipun itu dari kalangan bawah.

Di Bawah Lindungan Kaa'abah mengisahkan mengenai dua insan, Hamid dan Zainab yang jatuh cinta, datang daripada dua darjat berbeza. Berbeza pada pandangan mata dan penilaian manusia dari segi darjat dan pangkat. Di sini, kita dapat melihat bagaimana pandangan manusia terhadap darjat dan status sosial itu memisahkan dua jiwa, membuatkan kebahagian sepatutnya dikecapi dirampas tanpa belas kasihan.
Berikut adalah sedikit daripada petikan cerita yang disalin daripada bahagian kulit belakang buku, Di Bawah Lindungan Ka'abah.
".... Baru sekarang adinda beroleh berita di mana abang sekarang. Telah hampir dua tahun hilang saja dari mata, laksana seekor burung yang terlepas dari sangkarnya sepeninggal empunya pergi. Kadang-kadang adinda sesali diri sendiri, agaknya adinda telah bersalah besar, sehingga kakanda pergi tanpa memberi tahu lebih dahulu.
Hanya kepada surat abang itu, surat yang hanya sekali itu dinda terima selama hidup, adinda tumpahkan air mata, kerana hanya menumpahkan air mata itulah kepandaian yang paling penghabisan bagi orang perempuan. Tetapi surat itu bisu, meskipun ia telah lapuk dalam lipatan dan telah layu kerana kerap dibaca, rahsia itu tidak juga dapat dibukanya.
Sekarang abang, badan adinda sakit-sakit, ajal entah berlaku pagi hari, entah esok petang, gerak Allah siapa tahu. Besarlah pengharapan bertemu..."
Premis cerita ini adalah klasik, memandangkan masanya adalah sekitar tahun 1927, serta berlandaskan sebuah kisah benar yang berlaku terhadap seseorang yang Hamka kenali.

Bacalah kisah ini, anda pasti tidak akan mengakhiri pembacaan anda dengan kosong, kerana disebalik lembaran kertas itu tertulis hikmah dan pengajaran yang boleh kita renungi bersama...

4 comments:

  1. terima kasih kerana membuat krtikan novel ini . boleh saya ambil sebagai rujukan? terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama. Silakan saudara/saudari, semoga dapat membantu :)

      Delete
  2. sedih novel ni ...mengusik jiwa...

    ReplyDelete